DIKMA#3 PRODUKSI PANGAN MENURUN, PERLUKAH MENYALAHKAN KONVERSI LAHAN?
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat data
pertumbuhan produksi pangan melambat. Hal ini pun mengakibatkan Indonesia
berisiko ketergantungan impor.
Tercatat, selama empat tahun berturut-turut pertumbuhan PDB tanaman pangan mengalami perlambatan dari 4,32% di tahun 2015, 2,57% di tahun 2016, 2,31% di tahun 2017, hingga 1,48% di tahun 2018. Bila kondisi itu berlanjut hingga 5 tahun ke depan, maka bisa mengakibatkan RI jadi ketergantungan impor. Pada tahun 2018, bahkan impor beras mencapai 2,25 juta ton atau menjadi yang terbesar sejak tahun 2011.
Tercatat, selama empat tahun berturut-turut pertumbuhan PDB tanaman pangan mengalami perlambatan dari 4,32% di tahun 2015, 2,57% di tahun 2016, 2,31% di tahun 2017, hingga 1,48% di tahun 2018. Bila kondisi itu berlanjut hingga 5 tahun ke depan, maka bisa mengakibatkan RI jadi ketergantungan impor. Pada tahun 2018, bahkan impor beras mencapai 2,25 juta ton atau menjadi yang terbesar sejak tahun 2011.
Penyebab dari produksi pangan menurun ini
karena salah satunya berupa konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian/industri.
Ada yang beranggapan dari sudut pandang bidang pertanian, bahwa konversi lahan
ini tidak hanya diubah ke sektor industri, tapi banyak yang ke sektor
pariwisata. Jika dilihat saat ini banyak lahan di pegunungan yang beralih
menjadi objek wisata yang mana menyebabkan lahan pertanian pada bagian tanah
menjadi kekurangan air. Hal ini tentu membuat produksi pangan menurun dan
menjadi kurang subur. Namun, ada juga yang berspekulasi bahwa hal ini tidak
disebabkan dari konversi lahan, justru dari rantai produksi beras yang siklus pendistribusian
yang tidak merata ke setiap wilayah Indonesia dari petani dan tengkulak. Hal
ini terkait tingginya harga di pasaran dari pada harga petani langsung itu
sendiri.
Di sisi lain, ada yang beranggapan
bahwa konversi lahan menjadi sektor non-pertanian ini justru membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya. Sekarang ini banyak bermunculan industri
pabrik yang membutuhkan banyak SDM, sehingga dampak kesejahteraan ekonomi
masyarakat kian meningkat. Pada akhirnya produksi pangan menurun ini
menimbulkan 2 sisi negatif dan positif dengan segala dampaknya.
Sebagai mahasiswa, hal ini sangat baik untuk dikritisi mengingat
pengaruhnya terhadap perekonomian negara. Dengan solusi berupa kontrol pada
pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Sebagai masyarakat yang bijaksana sudah
saatnya sadar akan pentingnya menjaga lahan pertanian untuk tidak diubah ke
sektor lain demi keberlangsungan pangan Indonesia. Dalam hal ini pemerintah
juga turut memberikan penguatan regulasi berupa peraturan penjualan lahan yang
seharusnya dikembangkan menjadi sektor pertanian. Ke depan, Indonesia tidak
hanya mendapat julukan “Negara Agraris”, namun juga bertanggung jawab atas kekayaan
tersebut supaya dapat dikelola dengan optimal guna kesejateraan rakyat
Indonesia.
Referensi:
Puti, Yasmin. 2019. Tiap Tahun Produksi Pangan
RI Turun Terus. Artikel diunduh dari https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4520268/tiap-tahun-produksi-pangan-ri-turun-terus.
Yanita, Patriella. 2016. Ini Penyebab
Mengapa Saat Ini Indonesia Sulit Swasembada Pangan. Artikel ini diunduh dari https://kalimantan.bisnis.com/read/20160923/408/586674/ini-penyebab-mengapa-saat-ini-indonesia-sulit-swasembada-pangan
Komentar
Posting Komentar