DIKMA#2
FEBRUARI TERJADI DEFLASI, PERTANDA BAIK/BURUK?
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2019 terjadi deflasi sebesar 0,08% (month of month). Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 1,11 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks adalah: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,31%; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,25%; kelompok sandang sebesar 0,27%; kelompok kesehatan sebesar 0,36%; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,11%; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,05%. (BPS, 2019)
Deflasi mungkin bagi sebagian orang menganggap sebuah pencapain yang baik setelah seringnya terjadi inflasi. Ada yang mengaggap bahwa ini merupakan kondisi yang membanggakan karena tidak terjadi krisis. Namun, tidak selamanya deflasi itu menguntungkan. Ada yang beranggapan bahawa kondisi deflasi saat ini tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi di Indonesia, karena pada umumnya 0,08% merupakan presentase yang sangat kecil untuk saat ini, dan jauh lebih kecil dari kondisi inflasi pada komoditas lain. Ada juga yang mengaggap deflasi lebih karena komoditas lemah, dan impornya lebih banyak dari pada ekspor. Rakyat lebih memilih ekspor karena lebih murah dan kualitas yang terjamin. Pada akhirnya jika ditelusuri lebih dalam, deflasi memang memiliki 2 sisi yang positif dan negatif dengan segala dampaknya.
Sebagai mahasiswa yang cerdas, hal ini sangat baik untuk dikritisi mengingat pengaruhnya terhadap perekonomian negara. Dengan solusi berupa kontrol pada pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Dari pemerintah bisa dengan penerapan kebijakan fiskal, serta campur tangan dari bank sentral untuk menurunkan tingkat suku bunga. Tujuannya adalah untuk menambah uang yang beredar di masyarkat. Dengan cara ini maka masyarakat akan mengurungkan niatnya untuk menabung di Bank. Lalu juga bisa dengan menaikkan tarif pajak impor, dengan begitu deflasi akan menurun. Pentingnya selera pasar, menjadikan masyarakat perlu membuat inovasi supaya masyarakat berminat untuk membeli sehingga diharapkan mampu menyeimbangkan permintaan dan penawaran dalam transaksi perekonomian di Indonesia.
Referensi:
Sakina, Rakhma Diah Setiawan. 2019. Februari 2019 Deflasi 0,08 Persen. Diakses 10 Maret 2019,
pada http://ekonomi.kompas.com
Anggraeni, Rina. 2019. BPS Catat Bulan Februari Alami Deflasi 0,08%. Diakses 10 Maret 2019,
Pada http://ekbis.sindonews.com
Anggraeni, Rina. 2019. Penurunan Harga Bahan Makanan Menjadi Penyebab Deflasi. Diakses
pada 11 Maret 2019, pada http:ekbis.sindonews.com
Ardharsyah, Taufik. 2019. Deflasi Februari 2019 Karena Pertamina Turunkan Harga BBM?.
Diakses pada 11 Maret 2019, pada http:cnbc.indonesia.com
FEBRUARI TERJADI DEFLASI, PERTANDA BAIK/BURUK?
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2019 terjadi deflasi sebesar 0,08% (month of month). Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 1,11 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks adalah: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,31%; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,25%; kelompok sandang sebesar 0,27%; kelompok kesehatan sebesar 0,36%; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,11%; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,05%. (BPS, 2019)
Deflasi mungkin bagi sebagian orang menganggap sebuah pencapain yang baik setelah seringnya terjadi inflasi. Ada yang mengaggap bahwa ini merupakan kondisi yang membanggakan karena tidak terjadi krisis. Namun, tidak selamanya deflasi itu menguntungkan. Ada yang beranggapan bahawa kondisi deflasi saat ini tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi di Indonesia, karena pada umumnya 0,08% merupakan presentase yang sangat kecil untuk saat ini, dan jauh lebih kecil dari kondisi inflasi pada komoditas lain. Ada juga yang mengaggap deflasi lebih karena komoditas lemah, dan impornya lebih banyak dari pada ekspor. Rakyat lebih memilih ekspor karena lebih murah dan kualitas yang terjamin. Pada akhirnya jika ditelusuri lebih dalam, deflasi memang memiliki 2 sisi yang positif dan negatif dengan segala dampaknya.
Sebagai mahasiswa yang cerdas, hal ini sangat baik untuk dikritisi mengingat pengaruhnya terhadap perekonomian negara. Dengan solusi berupa kontrol pada pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Dari pemerintah bisa dengan penerapan kebijakan fiskal, serta campur tangan dari bank sentral untuk menurunkan tingkat suku bunga. Tujuannya adalah untuk menambah uang yang beredar di masyarkat. Dengan cara ini maka masyarakat akan mengurungkan niatnya untuk menabung di Bank. Lalu juga bisa dengan menaikkan tarif pajak impor, dengan begitu deflasi akan menurun. Pentingnya selera pasar, menjadikan masyarakat perlu membuat inovasi supaya masyarakat berminat untuk membeli sehingga diharapkan mampu menyeimbangkan permintaan dan penawaran dalam transaksi perekonomian di Indonesia.
Referensi:
Sakina, Rakhma Diah Setiawan. 2019. Februari 2019 Deflasi 0,08 Persen. Diakses 10 Maret 2019,
pada http://ekonomi.kompas.com
Anggraeni, Rina. 2019. BPS Catat Bulan Februari Alami Deflasi 0,08%. Diakses 10 Maret 2019,
Pada http://ekbis.sindonews.com
Anggraeni, Rina. 2019. Penurunan Harga Bahan Makanan Menjadi Penyebab Deflasi. Diakses
pada 11 Maret 2019, pada http:ekbis.sindonews.com
Ardharsyah, Taufik. 2019. Deflasi Februari 2019 Karena Pertamina Turunkan Harga BBM?.
Diakses pada 11 Maret 2019, pada http:cnbc.indonesia.com
Komentar
Posting Komentar